Juni 15, 2010

Tenggelam dalam senja,,,

Untukmu, lelaki yang pernah singgah di hatiku

Sore tadi, masih kita nikmati senja berdua. Senja yang sempurna. Sesempurna niat yang telah tertancap di hatiku. Untuk menjauh darimu. Ada sesuatu di antara kita yang tak perlu diceritakan lewat kata. Sebab, kita telah lama mengerti. Sangat mengerti. Dan, kita telah cukup saling mengenal.
Andai saja engkau bersedia untuk lebih terbuka, lebih hangat, atau sedikit mengulur tangan. Dan, andai saja mulutku tak terkatup setiap di hadapanmu, andai aku bisa puas dengan kepastian yang tersampul teka-teki. Mungkin cerita akan lain sejak lama. Tapi, engkau tidak begitu, dan itulah engkau yang kukenal. Tapi, aku tidak begitu, dan itulah aku yang engkau kenal. Dan, cerita telah begini.
Hingga dia datang. Dia yang sungguh berbeda dengan yang lain, berbeda denganmu. Sangat berbeda. Dia begitu hangat, engkau begitu dingin. Tapi, ada satu hal yang sama. Mesra. Dia mesra dalam hangatnya, engkau mesra dalam dinginmu. Aku tahu itu. Dalam hal lain, kukira engkau lebih tangguh tuk bertahan. Dia begitu menyayangiku, mungkin demikian pula engkau. Tapi, aku telah terikat dan mengikatnya. Dialah yang dengan kelebihan dan kekurangannya telah kupilih untuk mendampingiku, merampungkan sisa waktuku yang tak lagi lama. Dia tumbuhkan cinta yang begitu sederhana di hatiku, tetapi aku bahagia. Biarlah dia yang akan mempersuntingku kelak. Maaf, bila kau rasakan luka, tapi selalu saja hatimu tertutup dengan dinginmu.
Ada luka yang teramat sangat ketika kau katakan ada tiga wanita. Ya, tiga wanitamu. Entah mengapa hati kecilku berkata bahwa itu hanyalah engkau yang menipu diri. Dan, aku tak bisa apa-apa. Kita telah sama-sama terluka. Dan, kita sama-sama tak berdaya. Hingga tadi, ketika kau melangkah pergi, aku masih percaya ada cinta untukku. Selalu aku percaya. Berusaha percaya. Kubaca semua hanya lewat matamu. Mata yang selalu membuat mulutku terkatup. Dan, mungkin benar jika aku tak pernah cukup dengan satu. Sebab, hati yang kutunggu tak pernah datang menyapaku. Namun, sekarang berbeda. Akan kubuktikan bahwa aku mampu untuk hidup dengan satu. Dia. Biarlah, dan izinkanlah. Kuharap selayaknya demikian juga engkau.
Kita saling mengerti. Aku tak ingin egoku membuatnya sakit. Dan,aku akan menjauhimu. Hari ini membuat kita lebih saling mengenal. Aku yakin engkau mengerti. Sangat mengerti. Mungkin semua perubahan akan terasa berat, tapi aku yakin kita mampu melaluinya. Demi semua. Semua yang kukira baik pada nantinya. Dengan rute masing-masing, dengan arah yang tak lagi sama. Satu hal yang harus selalu kau ingat, aku tak pernah seyakin ini bersikap. Dan relakan aku membahagiakannya, semampuku. Setelah ini, diantara kita adalah biasa. Sangat biasa. Jangan kau putus tali silaturahmi. Yang ku minta hanya agar kita belajar bersikap biasa, sewajarnya. Terima kasih untuk semuanya. Maafkan semua dariku yang telah melukaimu. Semoga kita sama-sama bahagia, aku dengannya, dan engkau dengan wanitamu.

Lembar-lembar terasa baru bagiku
Dan, aku merasa begitu asing
Namun, aku telah rela
Seperti senja yang sewajarnya tenggelam
Aku tak lagi akan pergi
Sebab, hari telah gerimis
Dan, aku harus segera berlindung
Sebelum badai menerpa
Sebelum semua porak poranda
Malam semakin larut
Menggiring harap yang kian hanyut
Menanggalkan hasrat untuk merekat
Dan, kita semakin merenggang
Kian merenggang
Hingga jauh
Jauh tenggelam