Agustus 12, 2010

minggu, 4 juli 2010

Melihat secara langsung kebiasaan suatu daerah membuat kita belajar sesuatu,,, bahwa sejelek apapun kebiasaan itu,,, anak-anak tidak perlu merasakannya. Kenapa?? Setiap manusia pernah kembali dari masa kanak-kanak,,, kita tidak pernah minta ingin di lahirkan dimana bukan? Di hutan kah,, di kotakah, di daerah yang buruk kebiasaannya atau di mana pun belahan bumi ini. Kita hanya tahu ketika lahir ke dunia,,, kami di anugerahi begitu banyak cinta,,kasih sayang dari sebuah benih cinta itu sendiri melalui kuasa-Nya.
Kekerasan hanya akan berdampak buruk bagi kita ke depannya,, entah kita akan menjadi pribadi yang keras,,,atau apa saja di masa dewasa. Aku pernah mengalami sedikit banyak tentang rasanya berada di tengah kebiasaan- kebiasaan yang tidak patut kami rasakan. Disini pun aku mengalaminya,,,di tempat ini di tempat dimana aku bertugas. Kebiasaaan berbicara melampaui oktaf,,,, mungkin istilah kasarnya seperti itu,,, masih di perlakukan kepada anak-anak. Tidak semestinya seperti itu bukan????? Ada sebersit kesedihan yang ku lihat di raut-raut wajah kecil itu,,,, ada sebersit bening di mata mereka saat itu terjadi….. sejenak aku kembali ke masa-masa ku dulu. Cinta,,,, begitu besar artinya untuk hati,,,,tak pernah ingin kata sakit itu ada,,,, tidak saja buat para pecinta,, tapi buat anak-anak yang tidak mengerti apa itu kekerasan. Pernahkah terbersit semua itu berpengaruh untuk ke depannya?????
Berkaca pada apa saja yang terlihat di sekelilingku,,, mencari-cari bingkai hidup yang lain,,, begitu banyak yang ku alami setelah dua puluh tujuh tahun menghirup udara dunia ini. Hanya bisa selalu berharap kuasa-Nya besertaku kemana pun langkah kaki ini pergi. Berharap aku bisa menemui lebih banyak lagi cerita tentang hidup ini,,, menemui begitu banyak manusia dengan begitu banyak rasa,,, begitu banyak amarah,,, hinggga suatu hari nanti ku bingkai dalam relung-relung hati,,,untuk anak-anak yang akan Engkau titipkan di tanganku,,, bahwa cinta kasih adalah satu-satunya alasan hidup ini terasa punya arti sebagai kehidupan,,,,,,!!!!!!!

Jumat, 2 juli 2010

Siang ini panas, cuaca yang bagus untuk ke kabupaten,, apa lagi disini sinyal hilang total sudah hampir sebulan. Dua minggu yang lalu aku sempat ke Namrole tapi cuaca buruk waktu balik kesini. Jalan rusak total, mobil 4WD kerendam lumpur, motor pun hanya bisa lewat di pinggir jalan yang ada rumput. Setengah perjalanan nglewatin jalan pantai,, laut sedikit pasang,, ada sebuah danau yang mesti di lewatin make perahu. Trus kita mesti nglewatin 3 sungai lagi melalui rakit. Sampai di Wamsisi setelah magrib. Aaaggh berat banget kayaknya dengan sikon kayak gitu klo aku mesti balik ke Namrole lagi beberapa minggu ke depan. Dan hari ini aku pengen ke Namrole lagi ,,, suntuk bangeeet!!! Sinyal hp ga ada sama sekali. Gak bisa ngapa2in. Surat dah aku kirim lewat perawat yang ke Ambon,,,tapi surat balasan gak ada karna disini gak ada kantor pos. aku harap mereka ngerti. Memasuki bulan ke empat penugasanku, Aaah kenapa perasaanku gak enak hari ini ya??? Ke pantai aja,,,, seperti biasa!!!!!!

Sabtu, 22 mei 2010

Siang yang terik, laut pasang, dan perutku lagi laper banget, tepat pukul 12.30 waktu setempat ku mulai cerita ini setelah hampir semingguan absen. Dalam pemikiranku sering terbersit dia di sela2 aktifitasku, berbenturan dengan keinginanku untuk perpanjang masa tugas di tempat ini,,,,aaaghh apakah ini sekedar ego serta ambisi ku berada di tempat ini ataukah pelarianku belum juga usai. Bertanya pada malam dan siang benarkah yang aku perbuat bisa mendatangkan sesuatu buatku sementara waktu seakan berlari begitu cepat,,, aku merindukannya,,, absolutely!!!!
Bergelas kopi habis menemaniku disini, menatap laut di depanku setiap saat,,,setiap waktuku,, bertanya kemana nasib ini berlabuh. Cinta begitu dalam maknanya untuk semesta, hingga rasanya aku ingin berlari sejauh mungkin, tapi ada yang menghentak-hentak pikiranku,, selalu!! Kenapa hanya padamu tercurah semua rasa ini,,,Maaf untuk semua cara yang salah,,,mungkin itu yang dapat aku katakan saat ini,, !! Bila waktu berhenti sejenak,,, ingin rasanya sedikit saja ku putar waktu ini berdiri di ujung sana,,, tempat mimpi-mimpi kecil ku rangkai dalam angan bocahku,,,, Teriknya semakin membuatku gerah,,,, detik nya tidak bisa menunggu,,, saatnya menghadap kuasa-Nya….see ya^^

Senin, 10 mei 2010

Gak kerasa udah sebulan lebih aku berada di pulau ini, dengan berbagai cerita, adat dan kebiasaan masyarakat disini. Udah seminggu aku pindah ke rumah dinas dokter, dan Alhamdulillah semua masih baik-baik aja. Tiap hari masak dan makan bareng, nyari lauk serta sayuran ke rumah penduduk. Bulan ini musim angin timur udah mulai, hujan hampir tiap hari serta ombak (mudah-mudahan gak gempa ya?!!!!) jadinya ikan susah di dapat, akhirnya kami mesti men stok indomie, beras, ikan kaleng, serta aqua untuk beberapa bulan ke depan. Di prediksi pada bulan juni-juli sungai yang menghubungkan jalan ke Namrole gak bisa di lewati, alhasil kami gak bisa ngambil gaji untuk dua bulan ke depan ( mudah-mudahan seh bisa huehehehe, karna semua gaji pegawai harus diambil disana). Hampir tiap malam kami ke tempat sinyal hp (satu-satunya hiburan selain maenin laptop tiap malem,,,,hahahahaha), karna disini listrik cuma nyala jam 6 sore – jam 1 malam, sinyal bergantung pada listrik. Tapi menurut dokter disini, sebaiknya klo mo nelfon jangan ampe malem2 banget, coz disini agak rawan.

Susah banget ngedapetin sayur beberapa hari ini,,, aduuh gimana klo bulan juni tar ya,,,hikshiks. Btw, aku kangen banget ama keluarga dan temen2 di Jakarta euy… lagi pada ngapain ya mereka????? Di rumah ini hampir tiap malam ramai, bibi lagi nyetrikain baju dokter dan istrinya, dan anak-anak di sekitar sini pada nonton. Klo baju kami juga ada yang nyuciin + setrika cuma bayar 130ribu sebulan. Pengennya seh nyuci sendiri, tapi masalahnya disini gak ada jemuran. Jadi dokter yang bertugas disini suka ada yang nyuciin.

Pasien disini kebanyakan ISPA dan gastritis. Ispa sering pada anak-anak karna program imunisasi belum ada yang menyebabkan daya tahan tubuh rendah. Di samping itu program TB Paru kurang berjalan, kendalanya pada pengobatan yang lama 6 bulan serta kepatuhan penderita minum obat, sehingga banyak pasien yang relaps dan putus obat. Distribusi obat dari propinsi pun sangat terbatas, vaksin imunisasi harus di simpan di lemari es sementara untuk kabupaten Buru Selatan listrik baru nyala jam 6 sore. Berat badan serta gizi anak-anak tidak sesuai dengan umur, makanan susah didapat menyebabkan banyaknya gastritis pada pasien dewasa. Di samping itu hampir sebagian besar masyarakat bekerja di kebun dan hutan yang membuat lupa makan. Itulah berbagai kendala yang di alami hampir 3 tahun pemekaran kabupaten ini. Perkantoran yang terdapat di Wamsisi hanya kantor kecamatan dan puskesmas.

Banyak hal yang bisa aku pelajari di tempat ini, salah satunya adalah dimanapun kita berada alam menghasilkan begitu banyak hal yang bisa membuat kita bertahan hidup. Dan kita harus mensyukuri apa saja yang terjadi hari ini. Banyak nya distribusi obat di kota besar namun kesehatan tetap bukan prioritas utama. Andai distribusi obat tersebar merata sampai daerah terpencil, derajat kesehatan bisa meningkat. Anak-anak tumbuh sesuai umur, gizi serta imunisasi yang merata membuat daya tahan tubuh tinggi peka terhadap penyakit, distribusi makanan lewat jalan darat maupun laut lancar, gizi anak tercukupi. Tapi semua itu hanya terbayang dalam ingatanku saja,aku hanya bisa melaksanakan sebisaku sesuai dengan kondisi saat ini. Waktu menunjukkan pukul 21.37 WIT, saatnya makan malam.!!

jumat, 30 april 2010

Pagi yang cerah dengan udara cukup dingin, salah satu tanda musim angin timur akan segera datang. Hari kedua di tempat ini, pasien lumayan banyak. Tapi obat sangat terbatas. Mendengar cerita orang-orang disini, Wamsisi sering terjadi pembunuhan. Entah di sebabkan masalah kecemburuan atau masalah lain. Dan ini terjadi antara suku terasing di pegunungan yang merupakan suku asli pulau Buru dengan masyarakat setempat. Suku terasing ini hidup dengan nomaden, biasanya mereka membawa parang, tombak dan panah kemana-mana. Hidup dengan mencari makanan di hutan. Dalam perjalanan dari Namrole-Wamsisi aku sempat melihat mereka di perjalanan. Karna sering berburu makanan ke hutan, mungkin itu juga sebabnya suku terasing ini gampang sekali membunuh jika terjadi masalah-masalah dengan masyarakat setempat. Tapi sepanjang tidak terjadi masalah, masyarakat disini hidup rukun dengan mereka.

Kamis, 29 april 2010

Hari ini merupakan hari pertamaku di tempat penugasan, Wamsisi. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke tempat ini kurang lebih 2 jam dari Namrole. Jalan yang di tempuh cukup berbahaya, setidaknya dalam pemikiranku. Membelah gunung dan menyebrangi sungai dengan jalan yang berbatu-batu. Kami melalui beberapa desa yang menjadi tempat penugasan beberapa teman sejawat. Di sebelah kanan terhampar laut,, dan sebelah kiri adalah gunung. Wamsisi merupakan ibukota kecamatan, masyarakat disini dominan beragama Islam. Suasana disini lebih ramai dibandingkan Namrole, namun sepanjang jalan aku tidak menemui satu pun warung makan. Fhuuuiiih membayangkan harus masak tiap hari,,,, dengan kondisi pasar yang tidak ada di tempat ini,, aku sempat kelabakan mikirinnya. Bahan makanan biasa nya di kirim dari Ambon menggunakan kapal feri. Sayuran sangat terbatas. Apalagi bulan juni-juli musim angin timur dan musim hujan akan datang. Menurut masyarakat setempat, pada bulan itu laut pasang dan berombak, sungai meluap,, dan kami tidak bisa menyebrangi pulau atau melewati jalan darat ke Namrole. Ikan sulit di dapat, sehinggga jauh hari sebelum musim itu tiba, masyarakat sudah mempunyai persediaan ikan2 asin atau ikan yang sudah di asapin. So, how bout me??? Menetap sampai 5 bulan ke depan, dengan kondisi sinyal yang cuma bisa di dapat lewat satelit di rumah kapolsek setempat, sungguh sangat membosankan. Siang dan malam berganti,,, aku dan satu teman sejawat dokter gigi akan melewati ini semua.
Untuk sementara aku tinggal di rumah pimpinan puskesmas, teman sejawat masih berada di Ambon dan akan menyusul kesini sabtu, 1 mei 2010. Pagi ini aku belum sempat menghubungi keluarga, dan Dia disana… oouuuh I miss him very much.